Kelinci dijinakkan sejak tahun 2000 tahun yang silam dengan tujuan keindahan, penghasil daging, kulit (fur), wol, dan hewan percobaan. Kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang tinggi sehingga mampu dikembangkan hampir diseluruh dunia.
Kelinci yang sehat mempunyai sifat yang lincah, aktif, gerakkanya energik, mempunyai nafsu makan tinggi, mata bulat bercahaya, selaput mata bersih, serta pandangan yang jernih dan cerah. Kepala sesuai dengan ukuran badan, berkaki normal, kokoh kuat dan berkuku pendek, badan bulat, dada lebar dan padat.
Jika pemeliharaan kelinci bertujuan untuk diambil dagingnya, jenis kelinci yang dipilih yaitu berbobot badan berat, tinggi dan perdagingan yang baik. Sementara jika bertujuan untuk bulu, harus dipilih yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Untuk kedua jenis tujuan tersebut, kelinci harus mempunyai sifat fertilitas yang tinggi, tenang, tidak cacat, bulu tidak kusam dan aktif bergerak.
Kelinci betina mulai dikawinkan pada umur 5,5 bulan. Jika belum mau, hendaknya perkawinan kelinci dicoba kembali setiap 10 hari hingga umur 6,5 bulan. Betina dikawinkan kembali jika anaknya telah berumur 3-7 minggu. Seekor pejantan disediakan untuk 10 betina dan dalam waktu 3 hari berturut-turut hanya dikawinkan sebanyak sekali saja.
Perkawinan dilakukan pada pagi atau sore hari dikandang pejantan dan dibiarkan hingga 2 kali perkawinan. Aetelah itu, pejantan dipisahkan. Lama kebintingan pada induk sekitar 30-32 hari. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi, sekitar 6-10 ekor.
Penyakit yang sering timbul dalam pemeliharaan kelinci sebagai berikut:
Sebelum dipanen, kelinci dipuasakan (stoving) selama 6-10 jam untuk mengosongkan isi dalam saluran pencernaan, terutama usus. Sementara air minum tetap diberikan. Setelah dipotong, kelinci perlu dikuliti, mulai dari kaki belakang hingga arah kepala. Saat dikuliti, sebaiknya kelinci dalam posisi tergantung. Agar tidak mengontaminasi daging, jeroan berupa usus, jantung dan paru-paru dikeluarkan. Karkas kelinci bisa dipotong menjadi delapan bagian, yaitu 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong bagian dada, dan 2 potong tubuh bagian belakang.
Jika pemeliharaan kelinci bertujuan untuk diambil dagingnya, jenis kelinci yang dipilih yaitu berbobot badan berat, tinggi dan perdagingan yang baik. Sementara jika bertujuan untuk bulu, harus dipilih yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan bulu yang baik. Untuk kedua jenis tujuan tersebut, kelinci harus mempunyai sifat fertilitas yang tinggi, tenang, tidak cacat, bulu tidak kusam dan aktif bergerak.
Kelinci betina mulai dikawinkan pada umur 5,5 bulan. Jika belum mau, hendaknya perkawinan kelinci dicoba kembali setiap 10 hari hingga umur 6,5 bulan. Betina dikawinkan kembali jika anaknya telah berumur 3-7 minggu. Seekor pejantan disediakan untuk 10 betina dan dalam waktu 3 hari berturut-turut hanya dikawinkan sebanyak sekali saja.
Perkawinan dilakukan pada pagi atau sore hari dikandang pejantan dan dibiarkan hingga 2 kali perkawinan. Aetelah itu, pejantan dipisahkan. Lama kebintingan pada induk sekitar 30-32 hari. Jumlah anak yang dilahirkan bervariasi, sekitar 6-10 ekor.
Penyakit yang sering timbul dalam pemeliharaan kelinci sebagai berikut:
- Bisul, terjadi karena penggumpalan darah dibawah kulit. Pengobatan yang bisa dilakukan yaitu membedah dan mengeluarkan darah dalam bisul. Untuk mencegah timbulnya infeksi, bekas luka sebaiknya dioleskan dengan Iodium.
- Eksim, penyebabnya adalah kotoran yang menempel dikulit. Untuk pengobatan, salep atau bedak salycil bisa dihunakan.
- Kudis, penyebabnya yaitu Darcoptes scabiei, ditandai dengan munculnya koreng ditubuh. Pengobatan kudis pada kelinci bisa dilakukan dengan salep antibiotik.
- Mastitis, susu yang keluar tidak maksimal atau tidak dapat keluar. selain puting juga tampak mengeras dan panas jika dipegang. Hendaknya, kelinci dihindarkan untuk tidak menyapih anak terlalu mendadak.
- Pilek, penyebabnya virus dengan gejala hidung berair. Untuk mengobati pilek, bisa dilakukan dengan menyemprotkan antiseptik pada hidung kelinci.
- Radang paru-paru, penyebabnya bakteri Pasteurella multocida dengan gejala sesak napas serta mata dan telinga kebiruan. Pengobatanya bisa dilakukan dengen memberikan Sul-Q-nox.
- Berak darah, penyebabnya protozoa Eimeira dengan gejala napsu makan hilang, berat badan terus menurun, perut membesar, dan diare darah. Jika kelinci terserang berak darah, segera obati dengan Sulfaquinxalin. Dosis yang digunakan 12 ml dalam 1 liter air. Aplikasinya dengan cara diminumkan.
Sebelum dipanen, kelinci dipuasakan (stoving) selama 6-10 jam untuk mengosongkan isi dalam saluran pencernaan, terutama usus. Sementara air minum tetap diberikan. Setelah dipotong, kelinci perlu dikuliti, mulai dari kaki belakang hingga arah kepala. Saat dikuliti, sebaiknya kelinci dalam posisi tergantung. Agar tidak mengontaminasi daging, jeroan berupa usus, jantung dan paru-paru dikeluarkan. Karkas kelinci bisa dipotong menjadi delapan bagian, yaitu 2 potong kaki depan, 2 potong kaki belakang, 2 potong bagian dada, dan 2 potong tubuh bagian belakang.