Mbah nami, begitu anak saya biasa memanggilnya, sudah tua juga usianya, tapi semangat untuk bekerjanya tak pernah kalah dengan yang muda. Sederhana sekali pekerjaannya, hanya pengecer telur kampung/telur arab itulah kesehariannya. Tak penah mengerti dan perduli dengan apa itu krisis Amerika, tiap hari tetap ke pasar jual telur, laku, senang dan pulang.
Banyak para pedagang yang menganggap remeh dalam berdagang telur kampung atau telur arab. Lebih banyak yang tertarik dengan menjadi pedagang telur ras yang siklus perputarannya cepat, padahal telur arab ini walaupun siklus perputarannya lambat sangat menjanjikan sekali keuntunganya. Sebagai contoh mbah nami ini, dalam 1 hari mempunyai omset hanya 200-300 butir, pengambilan dari pengepul harganya 750 dan harga jualnya 1000-1100. Jadi dalam satu hari dapat keuntungan sekitar 50000-75000, Cukup lumayan lah penghasilan untuk orang yang sudah setua ini.
Begitulah sedikit cerita tentang pengecer telur arab ini, kita yang masih muda seharusnya bisa mengambil inspirasi dari bisnis sederhana ini, kita bisa mencontoh semangat yang dimiliki Mabah nami ini, jangan pernah menyerah pada keadaan, terus belajar dan berkembang. Selamat bekerja mbah.... semoga selalu laris telurnya, semoga sehat selalu... Amin