Yah... masih tetep saja harga telur di awal 2010 ini belum terlihat menguntungkan bagi peternak. Membuat kita meraba-raba kenapa masih begini? mengapa tetep begitu, dan sebagainya dan sebagainya. Berbagai opini keluar, mulai dari mungkin over produksilah... mungkin telur luar negeri masuk lah... dan banyak kemungkinan-kemungkinan lainya lagi.
Kalau kita mempunyai data-data , misalnya tentang data populasi layer di indonesia, data kebutuhan telur nasional yang kesemua data-data tersebut akurat, tentu saja kita bisa dengan cepat membaca situasi yang ada dan mengambil langkah-langkah strategis yang diperlukan. Nah, karena data yang ada itu tingkat keakuratanya juga kurang jelas, jadi hasil analisa datanya pun yo jadi nggak jelas juga.
Karena topik kita kali ini bukan membahas masalah keakuratan data maka kita kembalikan lagi sesuai dengan judul diatas. Harga yang rendah ini membuat kita sebagai beternak banyak berandai-andai, salah satunya yaitu, kalau saja peternak se indonesia itu kompak menjual harga telurnya dengan harga yang tinggi kan enak ya...., begitu pemikiran yang ada di banyak peternak. Mereka menganggap sebagai produsen telur mestinya bisa jadi penentu harga. Wah... saya pingin ketawa saja denger pendapat seperti ini. ya... mungkin saja karena kurangnya pengetahuan saja.
Pada dasarnya, telur itu sebagai kebutuhan pokok dan juga kebutuhan tambahan, Bagi industri, hotel, restoran dan lain-lain yang membutuhkan bahan baku telur sebagai bahan pokok dan kebutuhan tambahan bagi masyarakat sebagai lauk pauk. Nah, mungkin kalau di hitung prosentasenya antara kebutuhan pokok dan kebutuhan tambahan ini mungkin 50% -50%. Sekali lagi ini mungkin lho... karena saya browsing tentang data ini juga nggak menemukan.
Nah, sekarang kita kembali ke masalah kompak tadi, kalo peternak itu kompak memasang harga tinggi maka jumlah yang terserap pasar cuma 50% tadi. Yaitu untuk mereka tetap yang membutuhkan telur dan tidak bisa dapat disubstitusi dengan bahan yang lain. Tetapi untuk yang 50% sebagai kebutuhan tambahan tadi, jika harganya terlalu mahal maka masyarakat akan mengganti dengan lauk pauk yang lain, mungkin ikan laut, daging atau yang lainnya yang menurut mereka lebih hemat.Lha kalau yang 50 % tadi tidak terserap pasar terus mau di buang kemana?, padahal tiap hari tetep saja produksi, Jadi kekompakan harga saja sebenarnya juga tidak dapat menyelesaikan masalah. Yang terpenting kita peka saja terhadap fluktuasi harga yang terbentuk oleh mekanisme alami yang ada ini. Kalau harga turun kita secepatnya menjual telurnya dan segera menaikan harga jika kita mengetahui harga sudah naik.
------semoga bermanfaat--------