Kemarin ada suplier telur kampung di jakarta yang cukup besar telpon ke saya. Pada dasarnya minta untuk menyuplai kebutuhan telur kampung merah ini secara rutin. Karena saat ini sudah mempunyai pasar di supermarket-supermarket di jakarta dan bahkan sudah mulai mengembangkan pasarnya ke surabaya dan bali.
Walaupun pada dasarnya kami tidak menjual telur arab puyuh dan itik, tetapi sebagai penyedia informasi harga, maka saya harus dapat membantu member sms info ini untuk mendapatkan harga dari agen sebagaimana yang di informasikan.
Kemudian saya menghubungkanya langsung dengan pak budi, agen telur arab/kampung yang sudah cukup ternama dan dapat dipercaya. Akhirnya mereka bertemu di blitar untuk membicarakan model transaksi yang akan di sepakati.
Telur arab/kampung merah ini ternyata tidak selalu ready stok di peternak maupun di agen-agen telur Blitar. Jadi produksi telur merah ini terbatas sesuai dengan jumlah pesanan saja. Model transaksinya dengan menggunakan kontrak. Biaya pakan untuk menghasilkan telur merah jauh lebih tinggi dari pakan untuk telur biasa. Jadi Agen telur pun harus membeli dari peternak dengan harga yang lebih tinggi dari telur biasa.
Karena harga beli dari peternak yang cukup tinggi ini maka agen-agen telur di blitar ini tidak berani melayani pembelinya jika tidak dengan kontrak rutin. Karena kalau sampai telurnya tidak jadi diambil maka susah juga untuk menjualnya, kalaupun terpaksa harus dijual dengan harga telur biasa, maka harus merugi 100 rupiah per butirnya.
Adapun model kontrak untuk jual-beli telur merah ini salah satunya sebagai berikut, Pembeli harus memberikan jaminan sejumlah uang kepada peternak, jadi apabila sesuai dengan jadwal yang telah disepakati telur tidak diambil, peternak bebas menjual barangnya ke siapapun dan uang jaminan di anggap hilang. Sistem pembayaran untuk telur merah ini pun juga harus kontan.
Wah... ternyata rumit juga ya transaksi telur merah ini, tetapi mungkin jika kita tahu keuntunganya tentu kerumitan ini bukan menjadi masalah. Karena telur merah ini yang dikemas seperti gambar diatas merupakan telur konsumsi yang cukup elit. Jadi walaupun omsetnya tidak terlalu besar tetapi margin keuntunganya yang besar.
Walaupun pada dasarnya kami tidak menjual telur arab puyuh dan itik, tetapi sebagai penyedia informasi harga, maka saya harus dapat membantu member sms info ini untuk mendapatkan harga dari agen sebagaimana yang di informasikan.
Kemudian saya menghubungkanya langsung dengan pak budi, agen telur arab/kampung yang sudah cukup ternama dan dapat dipercaya. Akhirnya mereka bertemu di blitar untuk membicarakan model transaksi yang akan di sepakati.
Telur arab/kampung merah ini ternyata tidak selalu ready stok di peternak maupun di agen-agen telur Blitar. Jadi produksi telur merah ini terbatas sesuai dengan jumlah pesanan saja. Model transaksinya dengan menggunakan kontrak. Biaya pakan untuk menghasilkan telur merah jauh lebih tinggi dari pakan untuk telur biasa. Jadi Agen telur pun harus membeli dari peternak dengan harga yang lebih tinggi dari telur biasa.
Karena harga beli dari peternak yang cukup tinggi ini maka agen-agen telur di blitar ini tidak berani melayani pembelinya jika tidak dengan kontrak rutin. Karena kalau sampai telurnya tidak jadi diambil maka susah juga untuk menjualnya, kalaupun terpaksa harus dijual dengan harga telur biasa, maka harus merugi 100 rupiah per butirnya.
Adapun model kontrak untuk jual-beli telur merah ini salah satunya sebagai berikut, Pembeli harus memberikan jaminan sejumlah uang kepada peternak, jadi apabila sesuai dengan jadwal yang telah disepakati telur tidak diambil, peternak bebas menjual barangnya ke siapapun dan uang jaminan di anggap hilang. Sistem pembayaran untuk telur merah ini pun juga harus kontan.
Wah... ternyata rumit juga ya transaksi telur merah ini, tetapi mungkin jika kita tahu keuntunganya tentu kerumitan ini bukan menjadi masalah. Karena telur merah ini yang dikemas seperti gambar diatas merupakan telur konsumsi yang cukup elit. Jadi walaupun omsetnya tidak terlalu besar tetapi margin keuntunganya yang besar.