artikel ini dikirim oleh:Fauzi Ponorogo.
Sebuah perjalanan menjadi seorang peternak
Adakalanya kita memang harus berfikir serta berhitung ekstra hati-hati untuk memulai suatu usaha/ bisnis. Kadang anda punya segudang uang tapi minim pengalaman bisnis, juga sebaliknya anda punya segudang pengalaman tapi minus modal. Dan yang paling beruntung adalah orang yang mempunyai pengalaman segudang serta uang yang tidak habis sampai tujuh turunan. Anda tahu siapa yang paling apes ?? Dia adalah orang yang gak punya apa-apa alias orang kere yang pemalas. Capek dech….Allah Maha Adil. Mungkin Allah swt menciptakan keadaan begitu agar kita mau berusaha dan sebagai makluk sosial kita saling membutuhkan. Coba bayangkan kalau Tuhan memberikan kemurahan rejeki (kaya) dan kepintaran berbisnis kepada semua manusia. Pasti orang akan menjadi bos semua, terus siapa yang jadi jongosnya. Sekali lagi Allah Maha Adil.
Bicara bisnis sebenarnya saya sudah memulainya semenjak masih kuliah di Surabaya dengan mengambil jurusan elektronika. Setelah satu tahun kuliah, sesuai dengan jurasan yang saya ambil waktu itu tahun 1992 (masuk kuliah tahun 1991) maka pilihan yang tepat adalah bidang komputer. Alasan pertama, karena komputer lagi booming (kemaruk-kemaruknya). Kedua, memang pada saat itu masih jarang orang yang bisnis dalam bidang komputer. Didalamnya ada kursus komputer, pengetikan, rental (sewa), jual beli dll. Karena jumlah komputer yang sanggup terbeli hanya 4 unit plus kontrak tempat, maka yang bisa dijalankan adalah kursus, pengetikan, dan rental dulu. Sementara paket kursus yang dibuka saat itu masih ITC (Introduction To Computer), WS (Wordstar), Lotus, dBase. Windows belum keluar. Jual beli belum bisa dilaksanakan karena gak ada tenaga dan alasan yang paling valid adalah gak ada modal.
AWAL KEMUNDURAN
Awalnya bisnis ini sangat menjanjikan keuntungan yang sangat bagus. Saya berfikir, wah ini pasti BEPnya (baca : balik modal) cepat banget. Dan memang benar hanya berselang satu tahun kita sudah buka 3 cabang. Luar biasa tanggapan dari masyarakat sangat baik. Karena kita menerapkan biaya murah meriah tapi tidak mengesampingkan kualitas.
Masa keemasan akhirnya berakhir juga. Tepatnya pada tahun 1997/1998 pas mulainya krisis moneter di Indonesia. Perekonomian Surabaya macet waktu itu. Pabrik, perusahaan, toko-toko banyak yang tutup. PHK terjadi dimana-mana. Dan mudah ditebak. Bisnis computer akhirnya kalang kabut. Bagaimana orang pada mau kursus computer, untuk kebutuhan utama saja kesulitan.
Tahun 2001 sebenarnya keadaan sudah mulai terkontrol. Perekonomian sudah mulai bergerak. Aktivitas kantor, pabrik sudah mulai berjalan. Tapi PHK masih marak dengan alasan efisiensi. Perubahan sangat mencolok terutama di daerah Ketintang Surabaya. Ternyata saingan bertambah sangat buuuuanyak (saking banyaknya). Disana menjamur tempat rental, pengetikan, jual beli asesoris dsb. Gak habis pikir kenapa banyak PHK kok malah banyak tempat beginian. Ternyata usut punya usut, mereka itu adalah bekas karyawan kantor yang di PHK dan dapat pesangon. Dengan bekal ilmu ngetik dan mengoperasikan computer dan ditunjang dengan uang pesangon mereka mendirikan usaha ini. 1998 adalah tonggak kegagalan usaha aku. Oalah gustiiiiiiii……. Kenapa Engkau pertemukan aku dengan tahun 1998????!!! (dasar sambate wong frustasi).
Bertahan sampai tahun 2005 dengan persaingan yang amat berat. Bagaimana tidak. Sebelumnya ibaratnya uang 100ribu dibagi 3, sekarang uang 100ribu dibagi berjamaah orang 25. Kebetulan pada tahun ini ada planning untuk menikah. Dengan penghasilan segini apa bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Kalau punya anak, gimana. Apa gak moooumet. Akhirnya keputusan kita sudah bulat. Buyaaaar. Tutup. Semua aset dijual.
Diperlukan kesabaran untuk menjual aset yang ada. Maklum saja barang bekas. Tentu depresi harganya juga sangat tinggi. Computer bekas sebenarnya gampang saja dijual lagi, tapi meja, kursi, kipas, lemari, kabel-kabel dan masih banyak lagi gimana jualnya. Setelah tanya sana-sini ada yang bilang, dolen ae nang tukang rombeng. O..iya boleh juga idenya. Pikiran saya, tukang rombeng, mesti MEDURO. Akhirnya datang juga tukang rombeng. Emang ya… Meduro itu kurang ajar. Kalau nawar itu sak karepe dewe. Masa Stavol yang berbijinya Rp. 95ribu ditawar 15 ribu. Kalau borongan gimana. 15 stavol + kabel (bermeter-meter) ditawar Rp. 200ribu. Tambah gendheng. Setelah nego-nego akhirnya disepakati harga borongan Rp. 375ribu. Ya lumayanlah dari pada dibuang.
AWAL BETERNAK AYAM
Setelah semua aset terjual ternyata terkumpul uang 20 juta. Setelah difikir-fikir, usaha apalagi yang secara instan mendatangkan keuntungan besar. Mungkin jual beli tuyul kali ya. O..iya April 2005 khan aku mau nikah. Sampe lupa saking stressnya mikir usaha bangkrut. Dalam keadaan seperti ini calon istri masih mau gak ya sama aku. Aku khan kere sekarang. Dengan langkah gontai akhirnya aku ke rumah calon mertua dan ngomong terus terang. Sesampainya dirumah kebetulan semua lengkap. Bapak, ibu dan calon istri. Bapak, ibu sekarang saya sudah bangkrut. Bagaimana dengan rencana nikah saya dengan anak Bapak. Kalau ingin terus ya silahkan kalau mau dibatalkan ya gak papa. Bapak menjawab, Bapak tidak akan membatalkan acara perkawinan kalian. Terus saja. Rejeki ada yang ngatur, yang penting kawin dulu. Singkat cerita, proses perkawinan sukses dilaksanakan dengan meriah. Hasilnya…… capek.
Setelah bersenang-senang masa pengantin muda, kini saatnya untuk berfikir. Bagaimana uang yang 20 juta itu diputar untuk usaha. Setelah berdebat sengit (ah… kayak anggota DPR yang lagi berebut tender aja) akhirnya diputuskan pulang kampung. Sasaran utama yang aku kunjungi adalah teman lama. Ealah ternyata mereka itu pengangguran semua. Dari beberapa teman yang aku kunjungi ternyata ada satu yang berhasil. Dia biasa kirim jagung, katul ke Blitar dan Magetan. Aku tanya sama dia, aku sekarang pegang uang cash 20 juta, kira-kira bisnis apa yang belum ada disekitar sini. Bagaimana kalau buka konter HP, servise computer atau servis PS (baca : Play Station). Dia jawab gini, konter HP sudah pating tlecek. Ternak ayam ae. Peternak Blitar itu kaya-kaya lho. Coba ae. Boleh juga kayaknya.
Sudah mantap langkah untuk menjadi peternak, akhirnya kita mencari informasi di sebuah Poultri Shop di kota kami. Dia bilang, kalau sampeyan mau ternak ayam, sediakan dana ±50juta untuk seribu ekor. Dana sekian ini untuk ayam + kandangnya + lain-lain. Pokoknya lengkap.. Jika sampeyan beli pakan, obat, pullet dari sini, masalah apapun tentang ternak ayam saya bantu. Nanti ada petugas lapangan yang datang. Dasar bakul pakan, bakul obat pingine untung thok. Tapi nggak juga sih, ini namanya simbiosis mutualis (saling menguntungkan).
Kemudian masalah timbul ternyata dana cash cuma 20 juta, terus yang 30 juta dapat dari mana. O…ya khan masih punya mobil. Innniiii… Repotnya kalau jualan mobil di daerah. Tidak ada sarana untuk iklan dagangan. Salah satunya ya… harus lewat broker (baca : makelar). Emang susah berurusan dengan broker. Kakean ngomong (yang jelas dibumbui sedikit tipu-tipu dan kata-kata bombastis) dan pinginnya untung banyak thok. Mungkin nanti neraka dipenuhi makelar ya. Ah.. gak tahu lah itu urusan sing nggawe urip. Karena butuh uang cash dan mendesak akhirnya mobil dilepas dengan harga 35juta. Padahal belum satu tahun belinya. Aku saja beli 45 juta. Ya gimana lagi. Wong butuh kok.
Uang cash sudah ditangan sebesar 55 juta rupiah. Tahap awal yang dipersiapkan adalah lahan untuk kandang. Masalah ini gak jadi masalah sebab orang tua banyak tanah sehingga tinggal bilang dan langsung pakai. Ada beberapa alternatif lahan yang ada, ada yang masih berupa sawah dan harus banyak menyediakan uruk tapi agak jauh dari pemukiman. Ada lagi yang berupa tanah tegal sehingga gak perlu banyak urug tapi agak dekat dengan pemukiman.. Setelah bersemedi cari wangsit ternyata pilihan jatuh pada alternatif pertama dengan alasan jauh dari pemukiman tapi harus sedikit ngoyo karena harus ngurug biar agar lebih tinggi dari tanah yang ada disekitarnya sebagai antisipasi banjir.
Tahap berikutnya yang harus dipersiapkan adalah kayu serta atapnya. Saran dari PS (Poultry Shop) enaknya pakai bambu dan untuk atapnya pakai genteng bekas. Kalau pilih alternatif ini harus banyak menggunakan kayu reng (kayu untuk meletakkan genteng) dan yang jelas bambu akan kelebihan beban karena genteng beratnya rata-rata 1kg perbuahnya. Ini jelas tidak efisien. Tapi menurut saya pakai kayu glugu dan atap asbes lebih baik, dengan alasan lebih efisien dalam arti tidak membutuhkan banyak kayu reng dan bentuk kandang lebih eye catching (baca : enak dilihat) walau sedikit harus menyediakan dana lebih. Gak nunggu lama akhirnya kita cari kayu glugu serta asbes dan beberapa jam saja sudah datang lengkap.
Tahap selanjutnya adalah mencari tukang kayu untuk membangun kandang. Mengenai model kandang yang dipilih adalah model monitoring yang punya angin-angin diatas atap. Panjang kandang adalah 18m dan lebar 7.5 m. sedangkan kandang baterai diatur menjadi bagian tengah tata menjadi 3 sap/tingkat sedangkan bagian pinggir diatur menjadi 2 sap saja, sehingga dengan ukuran kandang seperti itu bisa menampung 1000 ekor ayam.
Pekerjaan kandang sudah kelar, langkah berikutnya adalah beli pullet. Setelah di kontak ternyata pullet baru datang 2 minggu berikutnya. OK, gak papa ini cuma masalah nunggu saja. Gak ada masalah.
Ada kalanya menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan. Setelah menunggu 2 minggu akhirnya pihak PS menelpon dan mengatakan bahwa pullet belum bisa dikirim sekarang mungkin 1 minggu lagi. Saya tanyakan kenapa kok mundur, jawabannya adalah memang dari pabriknya yang mundur. Ya mau gimana lagi, terpaksa nunggu lagi dech. Tit....4x ada sms masuk, ternyata dari PS dan mengabarkan Insyaallah besuk pullet akan dikirim dan menyuruh untuk mempersiapkan kandang.
Benar saja, besuknya pullet datang dengan jumlah total 1000 ekor. Dari petugas yang mengantar menginformasikan bahwa pullet baru mulai bertelur kira-kira 2 minggu setelah ayam datang. Saya pikir sekarang pullet datang besuk langsung bertelur, ternyata harus nunggu lagi. 2 minggu berikutnya ayam mulai bertelur, dan saya sangat ingat sekali pertama kali ayam bertelur berjumlah 2 butir saja. Itupun senangnya minta ampun. Mengenai pakan kita mencampur pakan sendiri dengan komposisi 30 kg katul, 70 kg jagung dan 50 kg konsentrat.
Seminggu berikutnya telur sudah menumpuk banyak. Lho kok gak ada orang yang datang beli telur ya….Sopo sing ngerti nek awakmu dodol endog nek gak di dol dewe dhisik, kata tetanggaku. Pilihan yang bijak adalah harus dipasarkan ke toko-toko dengan cara mendatanginya secara langsung atau istilahnya loper di daerah sekitar kandang. Harga saya tentukan dengan mengurangi harga normal (patokan harga di PS) dikurangi 200 rupiah dengan alasan ukurannya yang masih kecil-kecil (22butir/kg). Tak lupa juga titip pesan ke bakul, kalau mau ambil sendiri ke kandang harga akan dikurangi lagi 100 rupiah per kg. Singkat cerita akhirnya bakul-bakul pada mau datang ke kandang sendiri dengan begitu kita gak perlu repot-repot keliling ke toko-toko. Capek.
Terror FLU BURUNG
Kira-kira 3 bulan berikutnya ada teman yang biasa ngirim katul dan jagung ke Magetan datang dan cerita ngalor ngidul yang intinya adalah kata salah seorang peternak Magetan dengan kondisi sekarang ini (ayam sudah full produksi) saya bisa nguthuk (beli d.o.c dan dibesarkan sendiri) sebanyak 1000 ekor dan biaya operasional diambilkan dari hasil penjualan telur. Tanpa berfikir panjang sebab saat itu harga telur sangat bagus akhirnya aku beli doc 1000 ekor. Tidak lupa peralatan untuk ngutuk dibeli juga antara lain tempat pakan, tempat minum serta alat penerangan baik lampu biasa maupun lampu otomatis jika sewaktu-waktu listrik mati ayam tidak semburat kemana-mana.
Waktu berjalan 1 bulan, 2 bulan tanpa ada rintangan yang berarti. Giliran bulan ketiga mulai ada tanda-tanda harga bahan baku pakan mulai ada kenaikan yang signifikan. Mulai dari katul, jagung apalagi konsentrat. Setiap minggu pasti ada kenaikan harga per saknya, karena memang kita ambil konsentrat dan pakan pullet setiap sepekan sekali. Juga diperparah dengan harga telur yang terus anjlok dan isu flu burung. Walaupun kandang kita kita tidak terserang flu burung. Berita selanjutnya adalah stok uang cash mulai menipis, perlahan namun pasti kelabakan juga, akhirnya ngutang sana ngutang sini. OK, barangkali kita tunggu 2, 3 minggu lagi, siapa tahu keadaan mulai membaik. Siapa tau harga telur bisa naik lagi walaupun bahan baku pakan gak turun.
Bertahan sampai bulan ke-4, walaupun utang semakin menumpuk karena harga telur tak kunjung membaik. Untuk mengatasi keadaan seperti ini gimana, salah satu jalan terbaik adalah menjual semua pullet yang siap telur itu secepatnya. Kebetulan ada teman lama yang dulunya ternak puyuh yang gulung tikar juga karena terserang flu burung. Dia sanggup menjualkan pullet saya tapi dia minta komisi 1000 per ekornya. OK kalau gitu. Dua hari seteleh ketemuan dia menginformasikan bahwa ada yang mau 22ribu dan butuh 500 ekor. Kalau ya besuk langsung diambil dan langsung dibayar ditempat. Yo wis kalau gitu. Sore langsung diambil. 3 hari berikutnya temanku telpon lagi menginformasikan ada yang mau 26ribu dan butuh 400 ekor. Tapi dia minta komisi 2ribu per ekor. Yo wis. Deal. Sorenya diambil. Jadi sekarang ayamku tinggal 100 ekor.
Ndilalah setelah kira-kira satu bulan berikutnya harga telur mulai membaik tapi bahan baku pakan masih tetap. Sepertinya ini indikasi baik karena memasuki musim panen, hujan sudah mulai jarang dan yang penting sebentar lagi lebaran. Saya lihat di kalender 4 bulan lagi lebaran. Lebaran terasa cepat sekali datangnya. Setelah lebaran aku coba merenung, menganalisa dan menoleh perjalanan 7 bulan kebelakang. Kenapa hari-hariku penuh dengan perjuangan serta pembelajaran yang begitu berat. Apa aku harus berhenti sampai disini untuk jadi peternak, tapi investasi sudah banyak yang dikeluarkan. Buktinya sekarang harga telur terus membaik, tapi…………. pullet hampir terjual habis. Memang keputusan yang ekstrim dan sembrono. Orang cerdas pasti mau belajar dengan kejadian ini.
Yah…… itulah perjuangan seorang peternak pemula dan butuh waktu yang agak panjang untuk mengerti seni dan iramanya jadi peternak ayam petelur.
SEBUAH PEMBELAJARAN
Tiga tahun sudah perjalanan saya menjadi seorang peternak tapi jumlah ayam yang ada hanya 3ribu ekor. Bukan apa-apa. Hanya kendalanya adalah lahan yang memang hanya menampung segitu. Pinginnya sih ada target 5000 ekor dulu aja. Yang penting pelan tapi pasti. Serta yang lebih pasti lagi adalah pembelajaran setelah bergelut dibidang peternakah ayam.
1. Mutlak diperlukan sebuah perhitungan matang dan ketelitian untuk berinvestasi dibidang ini (ternak ayam petelur). Bidang ini merupakan investasi yang resiko tinggi. Tapi resiko yang tinggi pasti dibarengi dengan profit yang tinggi pula. Kalau Anda punya dana tapi pinginnya aman dan tidak beresiko sebaiknya disimpan saja di bank pemerintah. Pasti aman tapi Anda tahun sendiri profitnya berapa. Memang hidup adalah pilihan.
2. Adalah sangat penting untuk memperhatikan faktor lingkungan sekitar. Seringkali terjadi penolakan oleh lingkungan sekitar dengan berbagai alasan misalnya : masalah bau, lalat, penyakit. Flu burung merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh warga. Apalagi ayam warga yang ada disekitar kandang kita ada kematian yang banyak serta mendadak, pasti tudingan mereka adalah kandang kita. Mereka memfonis ayamnya kena flu burung dan bersumber dari kandang kita. Jadi sebaiknya letak kandang lebih menjauh dari pemukiman warga.
3. Ada baiknya sebagai orang Jawa tahu hitung-hitungan bulan Jawa. Kapan bulan sepi hajatan/mantu, misalnya : bulan Selo dan Suro, hari besar apa yang paling banyak menyerap telor, misalnya : Lebaran, karena lebaran banyak orang mudik pulang kampung dan yang jelas mereka banyak bawa uang cash, kapan waktunya panen (baca : padi), karena saat panen yang pasti petani juga punya uang.
4. Seperti sekarang ini oleh orang Jawa disebut paceklik. Kenapa demikian. Saat ini musim penghujan lagi puncak-puncaknya dan panen baru akan terjadi 1-2 bulan lagi, sedangkan sebelum ini (bulan kemarau kemarin) petani sebagian besar tidak menanam padi melainkan jagung, kedelai, kacang hijau dll. Tentu saja mereka kekurangan bahan makan sehingga dengan segala cara mereka harus menekan pengeluaran sampai pada panen yang akan datang. Jangankan untuk beli telur untuk beli beras saja sebagian ada kesulitas. Paceklik memaksan orang untuk menahan hasrat hajatan/mantu, karena banyak hajatan/mantu equivalen dengan pengeluaran yang banyak. Mantu equivalent dengan permintaan telur yang meningkat.
5. Harus tahu seni dan iramanya jadi seorang peternak. Ada saat-saat tertentu kita memang untung besar dan ada saatnya pula kita tidak untung bahkan mengalami kerugian. Saat untung besar itu sebaiknya kita nabung yang banyak dan jangan bersifat konsumtif karena kita harus ingat pada masa sulit yang terjadi setiap waktu seperti harga pakan yang mahal, telur tidak terserap pasar, harga telur yang rendah dll, tidak jarang kita harus nomboki. Pepatah konvensional mengatakan : Sedia payung sebelum hujan. Prediksi manusia adalah semu. Kita harus berserah kepada Tuhan, dan yang penting adalah berusaha menghindari kemungkinan terjelek.
Sekian semoga menjadi inspirasi. Thank’s.
Wassalamualaikum.
Oleh : Fauzi Ponorogo.